Abdulla Salem Al-Dhaheri, Duta Besar Persatuan Emirat Arab (PEA) untuk Indonesia, menyampaikan niat PEA untuk meningkatkan investasinya pada sektor-sektor unggulan yang dikelola oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia.
“Kami bersemangat dan amat berminat, dan kami telah menyampaikan ketertarikan untuk berinvestasi bersama Danantara,”
ujar Al-Dhaheri setelah acara penutupan 2025 Human Fraternity Fellowship di Jakarta.
Menurut Al-Dhaheri, diskusi dengan mitra Danantara baru mulai dan belum menghasilkan keputusan mengenai jumlah investasi yang akan dialokasikan. Meski demikian, langkah ini dianggap sebagai awal yang baik.
PEA juga mengincar proyek-proyek di bidang hilirisasi komoditas, termasuk nikel oksida yang diperlukan untuk produksi aluminium.
“Kami masih dalam tahap diskusi, belum ada hasil konkret, tapi kami harap pembicaraan dapat terus berlanjut hingga tercapai keluaran yang konkret,”
tambah Al-Dhaheri.
Awal tahun ini, Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), mengatakan bahwa PEA siap menginvestasikan US$ 10 miliar di Danantara dengan model perusahaan patungan untuk pengembangan energi terbarukan.
Rosan Perkasa Roeslani, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, menyebutkan bahwa investasi asing dan domestik sebesar Rp 13.032,8 triliun diperlukan dalam periode 2025–2029. Rosan yakin bahwa Danantara dapat mencapai target investasi sebesar Rp 2.175,26 triliun pada tahun 2026.
“Danantara ini menimbulkan keyakinan atau confidence (kepercayaan diri) dari para investor, terutama investor luar negeri saat mereka berinvestasi di Indonesia,”
kata Rosan lagi.
Rosan menjelaskan bahwa Danantara, sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia, menawarkan peluang bagi investor asing untuk menemukan proyek dengan potensi keuntungan yang tinggi di Indonesia. (Ant/N-7)
—